Kamis, 25 November 2010

Ucapan Selamat Hari Guru




GURU adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Demikian "gelar" yang sudah sedemikian populer disematkan di dada para guru. Dari satu sisi, gelar itu cukup membanggakan, namun dari sisi lain bisa mengharukan. Disebut membanggakan karena demikian hebatnya gelar tersebut diberikan kepada guru atas kiprahnya mencerdaskan kehidupan bangsa, yang oleh karena itu bisa disejajarkan dengan pahlawan. Sehingga secara moral bisa memotivasi bapak dan ibu guru untuk semakin sungguh-sungguh melaksanakan tugasnya yang mulia. Bisa mengharukan karena, sebagai pahlawan idealnya guru tidak terlalu banyak menuntut dan meminta imbalan sebagaimana para pahlawan berjuang tanpa pamrih. Namun, dalam kondisi kesejahteraan yang morat-marit bisakah guru hidup hanya dengan gelar dan kebanggaan saja?


Tidak semua guru bernasib baik menjadi PNS, ribuan guru yang lain masih terkatung-katung nasibnya sebagai guru honorer yang selalu meminta belas kasihan pihak sekolah. Di Kab. Bandung saja ada sekitar 12.000 guru honorer dari berbagai jenjang. Mereka, mendapat honorar sekitar Rp 200 ribu - Rp 500 ribu/bulan atau lebih rendah lagi. Meski sudah ada komitmen pemerintah daerah, yang memberikan alokasi dana BOS kabupaten yang bertujuan salah satunya meningkatkan kesejahteraan guru non-PNS, ternyata memang tidak banyak membantu. Sebab jumlah jam mengajar guru honorer tersebut biasanya terbatas. Hal tersebut disebabkan guru PNS sendiri masih banyak yang kekurangan jam pelajaran.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan telah dilakukan dengan memberikan tunjangan sertifikasi. Namun lagi-lagi nasib guru honorer tidak terlalu baik karena jumlah kuota tiap kabupaten/kota yang terbatas. Alokasi yang ada lebih diprioritaskan bagi guru PNS.

Fenomena di atas adalah secuil dari berbagai masalah yang berkaitan dengan guru, terutama menyakut nasib guru honorer, guru sukwan atau guru apa pun namanya. Nasib mereka benar-benar tidak jelas. Mereka tidak punya jaminan seperti halnya buruh pabrik yang memperoleh Jamsostek atau upahnya disesuaikan dengan UMR. Sementara di balik itu, bayang-bayang PHK-pun kerap muncul. Ini pernah melanda beberapa orang guru di sebua SMA di Kab. Bandung Barat, mereka tiba-tiba mendapat ucapan "terima kasih" atas jasa-jasanya. Jangan dulu berpikir bahwa ucapan terima kasih itu artinya mereka memperoleh imbalan atas pengabdiannya, yang terjadi justru sebaliknya, mereka di-PHK dari sekolah tersebut.

Sekarang ini, mungkin guru-guru honorer tersebut tidak memerlukan berbagai gelar yang indah yang hanya meninabobokan saja. Tetapi harus ada upaya konkret yang dilakukan pemerintah agar nasib mereka jauh lebih baik, sehingga dengan itu mereka benar-benar akan menunjukkan pengabdiannya. Misalnya, proses pengangkatan menjadi PNS bagi guru honorer bisa lebih mudah. Atau mereka memperoleh prioritas. Sebab, saat ini proses pengangkatakan PNS dilakukan pemerintah dengan menggunakan testing tanpa memperhatikan pengabdian yang telah mereka lakukan. Di antara para guru honorer tersebut ada yang sudah mengajar puluhan tahun. Sementara usia semakin bertambah, peraturan pun semakin ketat, misalnya pembatasan umur. Walhasil, tidak sedikit mereka yang sudah mengabdi puluhan tahun harapannya kandas untuk menjadi pegawai negeri. Ironisnya ada calon lain yang lebih beruntung meski dari sisi usai dan pengalaman masih baru.

Saat ini tidak berlebihan kiranya apabila para guru adalah pahlawan yang mengharap balas jasa. Pemahaman tentang balas jasa, tentu tidak dipersepsi sebagai tindakan komersialisasi. Namun, sebagai penjual "jasa" layanan pendidikan sudah saatnya mereka berhak menikmati jerih payahnya. Dengan begitu timbul motivasi untuk meningkatkan kemampuannya serta lebih sungguh-sungguh pada profesinya. Dengan kata lain, para guru sebagai tenaga professional layak di sejajarkan dengan dokter, pengacara dsb.

Tanggal 25 Nopember diperingati sebagai Hari Guru. Peringatan itu tentu tidak dilaksanakan sekadar seremonial saja. Tetapi dijadikan refleksi atas perjalanan kiprah dan perjuangan guru dalam upaya mencetak generasi bangsa yang unggul, mandiri, dan tangguh. Tantangan yang dihadapi ke depan semakin berat.

Persoalan di atas, sekelumit persoalan tampaknya menjadi agenda yang perlu direnungkan dalam meperingati hari guru. Masalah lain adalah soal profesionalisme. Sebagaimana dikemukakan oleh Mendiknas yang juga hasil evaluasi UPI tentang sertifikasi guru, ada kecenderungan kualitas guru menurun, padahal mereka sudah memperoleh pelatihan untuk meningkatkan profesionalismenya, sekaligus juga memperoleh tunjangan yang relatif besar.

Akhirnya, selamat Hari Guru, perjuangan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa semakin berat dan penuh tantangan.

'>
Related Posts

0 komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR ANDA