Jumat, 10 September 2010
Muhammad Rasullah bukanlah figur politik
Muhammad Rasullah bukanlah figur politik: Rasullullah SAW. memiliki sifat shidiq, amanah, tabligh dan fathonah. dari keempat sifat ini, sifat fathonah seringkali dianggap sebagai sifat atau gaya politik Rasulullah. Padahal fahonah merupakan suatu penyelesaian yang dikaruniakan Allah kepada Nabi dan Rasul-Nya dalam menyelesaikan suatu masalah dengan cara yang sederhana, mudah dan adil.
Peristiwa hajar Aswad
Peristiwa hajar Aswad terjadi ketika Ka'bah selesai diperbaiki oleh kaum Quraisy Mekkah. Muhammad bin Abdullah, sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul oleh Allah juga turut memperbaiki Ka'bah tersebut. Pada saat itu timbul masalah dikalangan kaum Quraisy. Hajar Aswad, belum diletakkan di dinding Ka'bah. Masing-masing kabilah mengaku lebih utama dari yang lainnya dan lebih berhak meletakkan hajar Aswad di tempatnya semula. Andaikata tidk datang pertolongan Allah SWT, niscaya mereka saling berperang dan saling menghancurkan satu sama lain.
Pada saat saling tegang tersebut, salah satu pemuka Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah mengusulkan bahwa barang siapa yang paling dahulu datang ke Masjidil Haram pada keesokan paginya, maka dialah yang diserahi tugas untuk meletakkan hajar Aswad ke tempatnya semula. Usul itu pun diterima oleh mereka semua.
Pada keesokan harinya, atas takdir Allah SWT, muhammad bin Abdullah datang paling awal ke Masjidil Haram. Dengan demikian beliaulah yang berhak meletakkan hajar Aswad di tempatnya semula.
Dengan sifat fathonah yang dikaruniakan Allah kepadanya, Muhammad bin Abdullah memberikan solusi untuk menyelesaikan perkara peletakan hajar Aswad tersebut. Beliau memanggil semua pemuka kabilah dan menyuruh mereka untuk memegang ujung sebuah kain. Kabilah A memegang ujung kain satu, kabilah B memegang ujung kain dua, kabilah C memegang ujung kain tiga dan kabilah D memegang ujung kain empat.
Setelah itu beliau mengangkat hajar Aswad dan meletakkannya di atas kain tersebut lalu menyuruh mereka mengangkat kain itu bersama-sama dan membawanya ke sisi Ka'bah. Ketika sampai dihadapan Ka'bah, beliau mengambil hajar Aswad tersebut dan meletakkan di tempatnya semula. Atas kebijaksanaan beliau tersebut para kabilah merasa sangat puas, karena masing-masing kabilah dapat membawa hajar Aswad ke tempatnya semula.
Nah, dari fakta sejarah diatas itu bukanlah trik politik Muhammad untuk menghindari perang antar kabilah, akan tetapi apa yang dilakukan beliau adalah implementasi sifat fathonah yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada beliau.
Dari postingan ini saya sebagai hamba Allah, sebagai sahabat dan saudara, ingin megajak saudara-saudara sekalian untuk jangan berlindung dibalik sikap tauladan Muhammad SAW untuk mencapai hawa nafsu kita. Banyak fakta yang dilakukan oleh politisi-politisi Indonesia dan dunia, mengatas namakan Islam untuk mencapai kepentingan pribadi dan golongannya. Islam itu tuntunan hidup, dan Rasulullah adalah tauladan kita, jadi jangan di politisir...semoga bermanfaat.
Selamat Hari raya Idhul Fitri 1431 H, Mohon Maaf lahir dan Bathin..
Label:
Agama
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR ANDA