Rabu, 25 Agustus 2010
Rejection of Mosque Building at Ground Zero: Still worth Was the United States is called a democracy?
New York - Penolakan Pembangunan Masjid di Ground Zero, Masih Pantaskah Amerika disebut Negara Demokrasi? : RENCANA membangun sebuah mesjid dekat lokasi Ground Zero di New York mengundang ratusan demonstran pro kontra, Minggu. Para penentang rencana itu membawa poster-poster yang mengaitkan Islam dengan darah sementara para pendukung berteriak "tolak ketakutan rasis!"
tapi kedua kubu melambai-lambaikan bendera Amerika dalam unjukrasa itu.
Sementara itu, dua pemimpin proyek pembangunan itu mempertahankan rencana mereka, walau salah satunya mengisyaratkan bahwa penyelenggara bisa saja akhirnya bersedia membahas sebuah lokasi alternatif. Lainnya, Imam Feisal Abdul Rauf, menegaskan saat melakukan perjalanan ke Timur Tengah bahwa perhatian itu yang dimunculkan oleh proyek itu sebenarnya positif dan dia berharap akan bisa membawa pengertian yang lebih besar.
Di salah satu sudut bangunan lama yang ditutup yang akan dijadikan pusat komunitas Islam dan mesjid berlantai 13, polisi memisahkan kedua kubu demonstran tadi. Tidak ada laporan tentang bentrokan fisik tapi ada beberapa ketegangan, termasuk seorang pria dan wanita saling berkata dengan suara tinggi di seberang barikade di bawah guyuran hujan.
Lebih Banyak
Para penentang proyek bernilai 100 juta dolar dua blok dari lokasi World Trade Center itu berjumlah lebih banyak daripada pendukung. Lagu rocker Bruce Springsteen berjudul Born in the USA diputar pakai pengeras suara ketika para penentang mesjid berteriak menolak kehadiran rumah ibadah Islam "No mosque, no way!"
Poster yang diacung-acungkan oleh belasan pengunjukrasa di belakang barikade polisi berbunyi "SHARIAH" -- menggunakan huruf bak tetesan darah merah untuk mencela hukum syariat Islam, yang mengatur kehidupan kaum Muslimin.
Steve Ayling, 40, tukang perbaiki leiding dari Brooklyn melontarkan tudingan orang-orang di belakang proyek mesjid ini adalah "orang-orang sama yang meruntuhkan menara kembar itu."
Para penentang menuntut mesjid tersebut dipindahkan ke lokasi lebih jauh dari Ground Zero tempat lebih 2.700 orang tewas pada serangan 11 September 2001. "Mereka sebaiknya menempatkannya di Timur Tengah," ucap Ayling.
Walikota New York Michael Bloomberg mendukung mesjid itu, dewan kota telah menyetujui proyek tadi untuk sebuah pusat komunitas, dan Presiden Barack Obama telah menyatakan jaminan konstitusi atas kebebasan beragama.
Penentangan
Tapi 61 persen rakyat Amerika tidak setuju, dan penentangan terhadap mesjid tadi didukung para politisi konservatif seperti mantan anggota parlemen Republik Newt Gingrich yang menyerupakan proyek tadi seperti membangun sebuah lokasi Nazi di sebelah tugu Holocaust.
Daisy Khan, direktur eksekutif American Society for Muslim Advancement, yang ada di belakang proyek tadi, menegaskan umat Islam prihatin dengan nada debat yang marak saat ini.
"Karena debat itu mirip anti Yahudi yang dibesar-besarkan. Itu yang kami rasakan sekarang ini. Situasi itu bahkan lebih dari sekadar Islamofobia. Itu adalah kebencian terhadap kaum Muslim. Dan kami sangat prihatin," ucap wanita tadi dalam wawancara dengan acara ABC "This Week".
Alternatif
Penentang telah mendesak penyelenggara pusat komunitas tadi pindah ke lokasi lebih jauh dari tempat di Manhattan hilir. Gubernur New York David Patterson bahkan telah menawarkan tanah negara bagian sebagai sebuah situs alternatif.
Karen Hughes, mantan direktur komunikasi Gedung Putih yang mendesak presiden kala itu George W. Bush mengunjungi sebuah mesjid tak lama setelah serangan 11 September untuk meyakinkan kaum Muslim, mendesak Imam Feisal dan jemaahnya untuk memilih lokasi lain.
Khan yang istri imam tadi menegaskan keputusan untuk pindah dari lokasi milik swasta harus dipertimbangkan secara hati-hati.
"Dan kita juga harus sadar bahwa kita juga punya hak konstitusional. Kita punya komunitas Muslim di seantero negara ini yang kita perlu pikirkan, dan kita harus mencemaskan para ekstrimis pula, karena mereka memanfaatakan momen ini," ungkap Khan. (analisadaily.com)

- Jual Bibit Lada Perdu Tanpa Junjung dan Rambatan di Bandar Lampung
- Dalil-dalil Tentang Waktu Sholat
- Film Innocence of Muslims, Hinaan terhadap Umat Islam dan Nabi Muhammad
- Adam Yauch Tutup Usia - Biography Adam Yauch
- Wajah Valeria Lukyanova 'Manusia Barbie' Sebelum Bedah Plastik
- UU SOPA dan PIPA, Pemerintah AS menutup situs megaupload.com
- Pentagon Ujicoba Senjata Hipersonik
- Helm Buatan Pentagon ini Mampu Mendeteksi Pemilik Senjata Kawan dan Lawan
- Demi Uang Rela Jual Anak Seharga Rp 188 Miliar di Facebook
- Toyota Prius Mobil Paling Populer di Jepang
- Marinir AS Kencingi Jenazah Taliban [Video]
- Daftar Lagu yang sering digunakan oleh militer untuk menyiksa dan mengintimidasi tersangka
- Obama Di Indonesia : Dua Wajah Obama
- Surfer Andy Irons Dies
- Kim Peek The Rain Man Manusia Super Jenius di Dunia
- Kantor Berita Italia : Kepolisian Italia Sita Uang Vatican Bank
- Kunjungan Paus Benediktus XVI ke Inggris Telan Biaya Rp 280 Miliar
- Gempa berkekuatan 7 SR Hancurkan Puluhan Gedung di Selandia Baru
- Tim Relawan Indonesia Menuju Lokasi Bencana Banjir di Pakistan
- Study Analysis: Indonesia - malaysia Confrontation, Why should a civil war?
- Mantan Presiden Madagaskar Kerja Paksa Seumur Hidup
- Wikileaks kembali membocorkan data militer Amerika Serikat
- Putri Diplomat Amerika di Temukan Tewas
- Malaysia gerah dengan pemberitaan media Indonesia
- Khurram Syed Sher was on Canadian Idol Season 6
0 komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR ANDA