Minggu, 02 Mei 2010
WARGA BARU TAMAN SAFARI INDONESIA
Taman Safari Indonesia di Ciasura, Bogor, mendapat tambahan penghuni, yakni dua harimau sumatera betina dari Nanggroe Aceh Darusallam. Keduanya akan menetap selamanya di Bogor sebab kondisi fisiknya memprihatinkan. Bahkan, seekor di antaranya harus diamputasi salah satu kakinya.
"Salamah ditemukan tergantung di perkebunan sawit akibat kaki depan kanannya terjerat sling baja pemburu. Diperkirakan, dia tergantung selama tiga hari. Kakinya yang tejerat itu sudah membusuk. Karena khawatir akan menjalar, dokter terpaksa mengamputasinya," papar Yulius H Suprihardo, juru bicara TSI Cisarua, Jumat (30/4/2010) siang.
Salamah diperkirakan berusia tiga tahun. Bobotnya 45 kilogram dengan panjang 100 cm. Teman seperjalanan Salamah dari Provinsi NAD adalah Cut Nyak, yang berusia lima tahun dan berbobot 71 kg dengan panjang 119 cm. Cut Nyak disita petugas dari penduduk yang mengurungnya sejak ia berusia enam bulan.
"Salamah dan Cut Nyak tidak mungkin dilepasliarkan kembali. Dengan kondisi fisik dan mentalnya yang tidak prima lagi akibat cacat dan dikurung tahunan, keduanya tidak mampu berburu dan bertahan hidup di habitat aslinya," kata Direktur Taman Safari Indonesia Jansen Manangsang.
Taman Safari Indonesia (TSI) menerima kedua harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) tersebut dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi NAD. Salamah berasal dari Sabulusalam Aceh Singkil, Desa Siketambang. Adapun Cut Nyak asal Batalion Macan Leuser Aceh Selatan ditemukan di Desa Ujung Tanah dalam kurungan milik warga yang memeliharanya.
Begitu tiba di TSI pada Selasa (27/4/2010) tengah malam, tim medis satwa TSI dipimpin drh Bongot H Sirajaguguk melakukan general check up atas keduanya. Salamah yang kaki kanan depannya bernanah karena mulai membusuk diputuskan harus menjalani amputasi karena khawatir virus akan menjalar ke tubuhnya. Gigi geligi Salamah baik, begitu juga sistem pernapasan dan peredaran darahnya. Kondisi fisik Cut Nyak untungnya bagus pula.
"Salamah sekarang kondisinya sudah makin membaik dan sudah terbiasa berjalan dengan tiga kaki," kataYulius.
Menurut Kepala BKSDA NAD Abubakar, pihaknya sengaja menyerahkan dua harimau sumatera tersebut ke TSI karena TSI memiliki Pusat Penangkaran Harimau Sumatera (PPHS), yang dibangun bekerja sama dengan Pusat Konservasi Alam (PKA) Kementerian Kehutanan, Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI), dan International Union Conservation Nation (IUCN). Adapun pembangunannya didukung oleh pengelola kebun binatang dari 18 negara, seperti Alexandria Zoo, Audubon Zoo, Australia Zoo, dan London Zoo.
PPHS juga memiliki fasilitas recource genome banking (bank sperma). Sperma beku harimau sumatera yang disimpan dalam tabung di ruangan bersuhu di bawah nol derajat celsius sewaktu-waktu dapat digunakan untuk inseminasi buatan terhadap harimau betina.
Salamah dan Cut Nyak nantinya diharapkan bisa berkembang biak, mengingat jumlah populasi harimau sumatera saat ini diperkirakan tinggal 200 ekor di hutan-hutan sumatera. Sementara itu, harimau bali sudah dinyatakan punah pada tahun 1935. Adapun harimau jawa ditemukan terakhir kali pada tahun 1970 dan juga dinyatakan punah.(BI-2010)
0 komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR ANDA