Rabu, 10 November 2010
Obama Di Indonesia : Dua Wajah Obama
Obama Di Indonesia - Dua Wajah Obama : Munculnya opini-opini yang menyatakan penting untuk menyambut Obama diiringi oleh beberapa asumsi. Pertama, konon kedatangan Obama ini adalah untuk semakin meningkatkan hubungan kerja sama Indonesia - Amerika Serikat (AS) yang selama ini masih parsial. Dino Pati Jalal ketika menjabat sebagai Juru bicara Presiden RI pernah mengatakan kedatangan Presiden AS saat ini akan mencangkup kerja sama di bidang lingkungan, energi, pendidikan, dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Kedua, ada sebagian pihak yang menyatakan bahwa kedatangan Obama merupakan momen yang sangat penting untuk Indonesia. Pasalnya sosok yang akan berkunjung ke Indonesia ini adalah seorang presiden suatu Negara Adidaya yakni AS. Terlebih lagi secara histroris Presiden AS saat ini pernah tinggal di Indonesia. Tentu menjadi suatu kebanggaan tersendiri.
Ketiga, adalah suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk menyambut seorang tamu. Seperti yang diriwayatkan dalam hadis Bukhari dan Muslim. "Siapa saja yang mengimani Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tamunya". Pada argumentasi pertama apakah benar kedatangan Obama yang konon untuk meningkatkan kerja sama ini betul-betul kerja sama yang akan menguntungkan kedua belah pihak. Ataukah hanya akan berakhir pada dua muara pihak yang diuntungkan dan pihak yang dirugikan.
Sebut saja Exxon Mobile salah satu perusahaan Amerika yang bekerja sama dengan Indonesia yang pada tahun 2007 memilki penghasilan tiga kali lipat APBN Indonesia tahun 2009 (investorguide.com, Exxon Mobile Company Project). Tentu ini bukan jumlah penghasilan yang sedikit. Jika saja dengan nominal itu digunakan pemerintah untuk kepentingan rakyat maka kesejahteraan rakyat Indonesia bukan suatu kemustahilan. Selain Exxon Mobile masih ada perusahaan AS lain yang sudah lebih dari 40 tahun bercokol di tanah Papua mengeruk emas-emas kita, PT Freeport. Perusahaan tersebut telah mengambil keuntungan 90% dari hasil tambang emas di Papua dengan sebesar Rp 40 triliun pada tiap tahunya. Sedangkan pemerintah Indonesia hanya mendapatkan royalti dan pajak yang tak seberapa dari penghasilan Freeport yang luar biasa ini. Masihkah kita menganggap ini adalah suatu bentuk kerja sama yang harus ditingkatkan?
Alasan kedua yang mengatakan bahwa kedatangan Obama merupakan suatu kehormatan besar bagi Indonesia karena Indonesia akan kedatangan pemimpin negara adikuasa yang pernah menimba ilmu pendidikan dasar di Indonesia. Hubungan emosional ini terlalu di-blow up sehingga teman-teman, guru-gurunya pun turut diwawancarai. Hal ini menjadikan karakter Obama di mata masyarakat sebagai seorang anak yang manis. Tentu saja perasaan emosional ini tidak menjadi jaminan bahwa kedatangannya akan membawa kebaikan. Seolah-olah membuat kita lupa dengan track record Obama di negeri-negeri Muslim seperti Irak, Afghanistan, Pakistan, dan Palestina. Apakah kita lupa dengan kebijakan Negara Amerika yang menginvasi Irak?
Data John Hopskin University telah menyatakan bahwa tentara AS telah menewaskan satu juta penduduk sipil. Walaupun saat itu di bawah instruksi George W Bush akan tetapi pada faktanya kebijakan ini terbukti tetap dilanjutkan oleh Obama. Janji-janji untuk menarik pasukannya dari Irak pun ibarat fatamorgana. Fakta yang ada hanyalah penarikan pasukan secara gradual yang meninggalkan kerusakan yang luar biasa di Irak.
Apakah kita juga lupa bahwa AS-lah menambahkan 30.000 pasukan ke Afghanistan di bawah kepemimpinan Obama dan telah menewaskan ribuan kaum Muslimin termasuk kaum ibu dan anak-anak. Obama juga sama sekali tidak menyinggung masalah penyerangan Israel ke Palestina Desember 2008 lalu dalam pidato kemenangannya dinyatakan 1.400 orang tewas, 5.000 terluka, termasuk 1.000 orang cacat seumur hidup.
Tindakan biadab Israel ini dibiarkan oleh Obama dengan alasan untuk menjaga keamanan Israel. Bahkan, tidak segan-segan juru bicara Obama akan mengusahakan bantuan sampai 30 miliar dolar AS dalam jangka 10 tahun. Tentu bukan hal yang sulit membaca kepada siapa AS berpihak? Terkait dengan dalil yang sering digunakan oleh orang-orang yang 'paham' agama bahwa memuliakan tamu adalah akhlak kaum Muslim. Pernyataan tersebut benar adanya. Namun, pertanyaanya tamu yang seperti apa yang layak disambut. Apakah tamu yang baik ataukah tamu yang bermasalah dan masih berlumuran darah penduduk sipil yang tidak berdosa.
Argumentasi di atas pun bisa dipatahkan dengan mudah Karena Al Quran sendiri secara eksplisit dinyatakan bahwa: "Hai oarng-orang yang beriman janganlah kalian mengambil sebagai teman kepercayaan kalian orang-orang yang berada di luar kalangan kalian yang tiada henti-hentiya menimpakan kemudaratan atas kalian" (QS Ali Imran :118). Juga, "Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian mengambil musuh-Ku dan musuh-musuh kalian sebagai teman setia" (QS Al Mumtahanah: 1) dan AS sudah secara jelas membenci negeri-negeri kaum Muslimin. Masihkah kita menerima tamu yang sudah jelas-jelas membunuh saudara-saudara kita?
Sudah sepatutnya kita cerdas membaca agenda tersembunyi kedatangan presiden AS ke Indonesia. Agenda apa sebenarnya yang dibawa Obama. Kalau saja Obama merupakan warga negara tentu tidak akan muncul pro-kontra di tengah-tengah masyarakat. Permasalahannya adalah sosok Obama tidak bisa dilepaskan dari kedudukanya sebagi seorang kepala negara AS. Kunjungannya bukanlah kunjungan biasa guna sekedar merasakan nostalgai masa kecil. Namun, juga terkait dengan kebijakan politik luar negeri AS. Seperti yang kita tahu politik luar negeri suatu negara tidak akan pernah lepas dari kepentingan negra tersebut.
Secara politik Indonesia merupakan negara yang sangat penting bagi AS. Pasalnya Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam khususnya energi. Juga, merupakan market yang sangat potensial untuk produk-produk ekspor AS. Apalagi faktanya sekarang AS sedang gencar bersaing dengan Cina sehingga kedatangan AS untuk memastikan Indonesia masih berada dalam genggamannya.
Beberapa kalangan justru menganggap kedatangan Obama ini akan membawa iklim investasi yang positif. Padahal, masuknya investasi AS ke Indonesia justru yang akan mencengkram perekonomian Indonesia. Hal ini selaras dengan apa yang dinyatakan John Perkins dalam buku "Confessons of an Economic Hitman". AS tidak hanya akan masuk sebagai pengusaha namun juga akan mengubah tatanan negara sehingga bisa lebih banyak lagi mengeruk keuntungan dengan aman.
AS dengan sistem ekonomi Kapitalismelah yang terus berusaha menancapkan hegemoninya di berbagai negara. Termasuk di Indonesia. Jadi, masihkah kita bisa berbaik sangka terhadap kedatangan Obama?
Kedua, kedatangan Obama tidak lain adalah tidak lain adalah untuk menerapkan politik belah bambu. Menampilkan sisi baik demi menutupi sisi buruk di negeri lain. Presiden AS memang sering berkunjug ke negeri-negeri Muslim guna menunjukkan citra baiknya demi menutupi perbuatan buruknya di negeri-negeri yang tidak menunjukkan keberpihakkan ke AS.
Belum lagi ditambah dengan retorika manis berusaha menyakinkan bahwa AS menjadi rekan yang "baik" bagi negeri-negeri Muslim yang semakin membuat umat Muslim terbuai. Juga menyakinkan dunia bahwa AS dengan demokrasi, sekulerisme, kapitalisme bisa diterima oleh negara dengan tangan terbuka oleh negeri-negeri yang mayoritas Muslim sekali pun yang tujuannya adalah untuk menanamkan pemahaman Islam moderat guna menjauhkan umat Islam dari pemahaman Islam fundamental.
Tentu saja pengkotak-kotakan istilah ini beserta definisinya merujuk pada Barat. Islam Moderat adalah mereka yang menerima dengan tangan terbuka ide-ide Barat. Sedangkan Islam fundamental adalah mereka yang menginginkan perubahan mendasar dengan penerapan syariah Islam dalam kehidupan bernegara yang sebenarnya akan menjadi ancaman bagi
kepentingan ekonomi dan politik AS.
Hal yang sama sebenarnya pernah terjadi pada zaman Rasul. Ketika seorang utusan Quraisy Abu sufyan yang notabene petinggi Kaum Quraisy saat itu datang ke Negara Madinah. Akan tetapi Rasul menolak karena Quraisy telah melanggar perjanjian dengan Rasulullah. Rasul mengajarkan tidak ada penyambutan dengan pihak yang sudah jelas-jelas memusuhi Islam.
Khalifah Abdul Hamid II pernah mengancam akan megobarkan semangat jihad akbar atas munculnya teater di Inggris yang menghina Islam. Padahal, saat itu Inggris belum mejatuhkan korban.
Kini sudah saatnya umat Muslim memiliki pemimpin yang tidak tunduk pada penguasa yang dhalim. Pemimpin yang akan memberangus semua bentuk penjajahan baik politik, ekonomi, dan lain-lain. Sudah saatnya pula kita memiliki pemimpin yang akan menjaga kemuliaan Islam. Menjaga kehormatan kaum Muslimin di mata dunia sehingga tidak ada lagi darah kaum Muslimin mengalir begitu saja akibat pembantaian kafir.
Sudah saatnya pula kita memiliki pemimpin yang sangat takut dengan amanahnya sehingga sangat memperhatikan kepentingan rakyat yang dipimpinya. Penguasa yang amanah. Penguasa yang akan membuat kita tunduk pada penguasa sesungguhnya. Penguasa yang menerapkan syariah dalam naungan khilafah. Khilafah yang pernah tegak dan dengan janji Allah. Akan tegak kembali.
Label:
Info Internasional
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN TINGGALKAN KOMENTAR ANDA